Rabu, 16 Desember 2009

CERPEN KEDUA

BONEKA BERUANG NATAYA

“Brak!” terdengar bunyi pintu yang dibanting. Tanpa melepas sepatunya, Nataya si gadis tomboy itu membanting tubuhnya di atas ranjang dan melempar tasnya hingga mengenai almari.
Tak berapa lama kemudian terdengar alunan musik rock yang sengaja dibunyikan keras-keras dari kamarnya. Sang gadis mulai membuka laptop dan menyalakannya, jendela facebook sudah terlihat di layar laptopnya. Obrolan dengan teman barunya, Togi di facebook pun segera dimulai.
Sudah hampir satu bulan ini Naya mengenal Togi yang dikenalnya lewat jejaring sosial, facebook. Bagi Naya, Togi adalah teman yang asik diajak ngobrol. Makanya sejak berkenalan dengan Togi, waktunya banyak dihabiskan untuk online dan ngobrol bareng Togi. Saking asiknya online, kadang Naya jadi suka lupa makan, bahkan mandi sore kalau tidak diingatkan oleh Togi.
Togi adalah angin surga bagi Naya, pasalnya, sebagai anak tunggal yang punya orang tua super sibuk, at least di rumah ia selalu kesepian. Ayahnya yang seorang nahkoda sering bepergian mengarungi lautan sampai ke luar negeri dan pulang ke rumah enam bulan sekali. Ibunya yang kepala dinas di sebuah lembaga milik pemerintah itu juga sibuk bekerja setiap harinya. Untungnya ada Bi Ijah dan Mang Ujang, pembantu setianya sejak ia masih bayi yang selalu menjadi pengganti orang tuanya.
tulis Nataya mengawali percakapan.
balas Togi.



kalo ada temanmu yang dihukum gara-gara lupa ngga ngerjain PR kan?>

di SMU PELITA NUSANTARA dilupakan begitu aja! Ntar kalau marah kakak yang repot
harus beliin cokelat dunk wat kamu. Itu masih mending, kalau kakak jadi kehilangan teman
online yang bisa menghibur kakak saat sedang BETE, kakak juga yang desih. he..he..he..>




spesial dan ribet. Banyak main aja lah biar ngga stres dan berdoa absolutely>

Begitulah kurang lebih obrolan Nataya dan Togi ketika sedang online. Keakraban di antara mereka seakan mereka sudah kenal lama.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi itu Nataya masih tidur ketika bunyi lagunya Lenka, Troubel Is A Friend yang jadi ringtone di Hp-nya berbunyi tak henti-hentinya. Dasar tukang tidur, udah pukul 06.19 ketika HP-nya berbunyi, ia tak jua bangun. Berkali-kali HP-nya berbunyi, namun Naya tak juga bangun. Sampai akhirnya, karena mimpi dikejar anjing, ia pun terbangun dan masih setengah sadar, ia pun mengangkat telepon dari sahabatnya, Rosalina.
“Ke mana aja sih, Nek? Gue telepon berkali-kali tapi ngga loe angkat-angkat?” tanya Rosalina.
“Gue masih ngantuk nich, ntar dah gue telepon loe lagi! Pusing banget nich kepala! Gue habis mimpi dikejar anjing. Mana di mimpi itu, tuch anjing ngigit rok gue waktu gue lagi lari. Trus orang-orang pada ngetawain gue! Malu! Sial banget emang tuch anjing!” jawab Nataya.
“Wakakakakakakakaka....Lucu banget mimpi loe! Emang kapan Loe pernah pakai rok? Trus gimana ending ceritanya?”
“Wadoh, sial loe, malah ngetawain gue! Pusing nich kepala gue! Bangun mendadak tanpa pemanasan lebih dahulu!”
“What?! Ya, maap deh kalau telepon pagi-pagi saat tuan putri sedang tidur. Emang Loe ngga inget ya kalau hari ini pengumuman siapa-siapa aja yang lolos jadi mahasiswa Universitas Negeri Roro Jongrang?”
“Iya, tapi kan ngga perlu pagi-pagi gini, Ros! Ntar siang juga pengumumannya masih sama kan, ngga bakal ilang?!”
“Dasar nenek! Elo keterima, Nek di Teknik Kimia!”
“Alpha? Gue keterima?!!! Ngga salah liat Loe? GUE? Nataya Prabu Kirana?
“Yup!”
“Wah, gue keterima, Ros? Uh, bisa ketemu Togi dunk gue tiap hari. Beneran, Ros? Yaken??!!”
“Dasar loe! Togi..Togi..Togi..mulu di otak Loe!

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini adalah saatnya registrasi bagi mereka yang dinyatakan diterima di Universitas Negeri Roro Jongrang. Naya yang biasa bangun siang, pagi ini udah ready akan berangkat ke Graha Nogosari Universitas Negeri Roro Jongrang yang letaknya di luar kota.
“Rosa kok lama banget seh? Gue udah ngga sabar nich jadi mahasiswa teknik industri. Biar bisa ketemu Kak Togi..Kak Togi..Kak Togi..hi..hi..hi..” guman Naya sambil senyum-senyum sendiri.
Tiiin..tiiin...tiin...tiin...tiin!! suara mobil milik Rosalina akhirnya terdengar juga.
“Bi, Naya berangkat dulu yah!”
“Loh, ngga makan dulu, Mbak Naya? Ibu tadi pagi pesan Mbak Naya disuruh makan dulu dan minum multivitamin BERGAS WARAS ini sebelum berangkat, “ kata Bi Ijah mengingatkan.
“Ngga usah dah, Bi, makanan dan multivitaminnya buat Bi Ijah dan Mang Ujang aja! Oke?! Da, Bibi!”
“Mbak..mbak..Minum susu dulu aja kalau gitu. Ntar ibu marah kalau tahu, Mbak!”
Naya tidak mengindahkan perkataan Bi Ijah dan berlalu meninggalkan ibu setengah baya yang mengenakan baju kebaya itu.
…...........................................................................................................................................

“Ayo, Bu kita berangkat sekarang! Gue dah ngga sabar nich!” kata Naya pada Rosa.
“Oke, Nek. Btw, pembokat Loe kenapa tuch?” tanya Rosa.
“Biasa, gue disuruh minum susu, nyarap roti, dan minum multivitamin. ha..ha..ha...”
“Ha..ha..ha..ya,,ya,,ya,,ngga bosen ya ia ngasih tahu cewek bebel kaya Loe ini?!” kata Rosa.
“Bebel gini, tapi banyak yang naksir, Bu!”
Setelah perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, akhirnya sampai juga di Gedung Graha Nogosari. Mereka benar-benar terbelalak melihat antrean panjang yang membuat malas untuk masuk kedalamnya.
“Aduh, kenapa harus antri sih? Mana ngga bole diwakilkan lagi registrasinya! Males banget sih! Duh, anjrit! Kenapa gue pakai baju item? Ketombe sih siapa takut! Tapi panasnya bakal ngga ketulungan nich!” keluh Rosa.
“Udah! Bawel aja Loe! Ayo buruan, keburu yang antri tambah banyak! Kita bisa kehabisan nomer antrian ketemu Togiku! ow..ow..ow..” ajak Naya.
Mereka pun bergegas masuk dalam antrian ribuan manusia yang berbaris hendak melakukan registrasi Universitas Negeri Roro Jongrang.
“Duh. Buju buneng! Panas, Nek!” seru Rosa.
“Ya..ya..ya..kalo pengen dingin mending ke mall aja, Mbak!” sahut Naya.
Sudah dua jam menanti, tapi loket registrasi masih jauh aja dari pandangan. Suasana makin ramai dan panas, maklum udah banyak orang, ngga banyak pohon peneduh, dan matahari pun seakan tidak mau berkompromi karena memancarkan sinar yang begitu menyengat siang itu.
Dalam keadaan yang genting itu, tiba-tiba tangan Nataya ada yang memegang, kemudian menyeretnya keluar dari antrean.
“Hei, apa-apaan ini? Kurang ajar banget sih!” umpat Naya.
“Mau dibawa ke mana teman gue? Loh, kenapa ngga gue aja sih yang elo culik, Cowok ganteng?!” canda Rosa.
“Halo, Sayang!” sapa cowok asing itu sambil tersenyum ramah.
“Sayang? What's?!! Siapa Loe berani memanggil gue sayang? Sayang-sayang! Kepale Lo Peyang?” seru Naya.
“Busyet, galak amir sih, Naya!” ujar cowok asing itu.
Cowok itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari tas yang dari tadi ditentengnya. Ternyata sebuah boneka beruang, kemudian memberikannya kepada Naya. Naya benar-benar terkejut. Bagaimana tidak terkejut melihat barang kesayangannya semasa kecil yang telah lama hilang, tiba-tiba ada dihadapannya dan diberikan oleh makhluk yang tidak ia kenal sama sekali.
“Gimana caranya Loe bisa dapetin boneka ini? Kenapa Elo bisa punya boneka yang mirip banget dengan punya gue yang selama ini hilang? Aneh!” guman Naya sambil meraih boneka itu dan menciuminya.
“Ini memang boneka gue! gue sangat ingat baunya. Dan gue pernah kasih tanda di pantat boneka itu. Dan ini memang punya gue. Gue kehilangan boneka ini ketika masih TK. Boneka ini dulu dicuri oleh cowok super badung yang rumahnya satu komplek ma gue! Sampai saat ini gue masih sangat membencinya. Gue ngga tau di mana tuch orang sekarang! Tiba-tiba ngilang begitu aja habis nyuri boneka kesayangan gue! Sampai kapan pun gue ngga akan pernah lupa bagaimana dia selalu mengejek gue, tomboy dan membuat gue selalu menangis tiap main ma dia. Sebenarnya Loe ini siapa?” kata Nataya panjang dan penuh penghayatan.
“Ternyata Loe masih membenci cowok badung itu, Princes?” celetuk cowok itu.
“Princes?!! Kok sama dengan panggilan Kak Togi padaku saat online?” kata Naya heran.
“Udah lah, Nay, itu paling cuma kebetulan, mending kita pergi aja dari sini. Antrian makin banyak tuch! Ayo buruan gih!”
“Tunggu, jangan pergi dulu!” kata cowok asing itu sembari merapatkan tubuh Naya ke badannya yang kekar. Cowok itu kemudian mendekap tubuh Naya dan membisikkan sesuatu pada Naya. “Gue, Reza, Princes!” kata cowok asing itu.
“Ngga mungkin!” tanya Nataya.
“Coba tatap gue lekat-lekat, Nay?” kata cowok itu sambil melepaskan dekapan tubuh Nataya.
“Reza?! Loe Reza?! Kenapa tahu kalau gue di sini? Gue benci Loe!“ kata Nataya seraya berlalu dari cowok asing yang mengaku teman kecilnya yang bernama Reza itu.
“Tunggu, Nay! Kedatangan gue ke mari ngga lain cuma ingin minta maaf atas smua kesalahan yang pernah gue lakukan sama Elo! Gue juga mau bilang kalau sebenarnya Togi itu ya Reza, gue, Nay! Selama ini gue berpura-pura jadi Togi karena gue tahu, Loe sangat membenci gue! Cuma itu satu-satunya cara biar gue bisa minta maaf sama :oe!” kata Reza.
Nataya terdiam. Tanpa sadar air matanya pun meleleh mendengar pengakuat teman masa kecilnya, Reza. Hatinya benar-benar hancur dan bingung. Di satu sisi ia mulai menyukai teman dunia mayanya, Togi, di sisi lain ia sangat membenci teman masa kecilnya, Reza.
“Gue tahu Loe benci gue, karena dulu mamimu pernah bilang itu pada mamaku ketika mereka ngga sengaja ketemu saat tugas dinas. Bertahun-tahun gue mengumpulkan keberanian untuk meminta maaf sama Loe, Nay. Dan ketika marak-maraknya facebook, gue berpikir, mungkin ini jalan Tuhan untuk gue semakin membulatkan tekad agar bisa meminta maaf sama Loe, Nay. Gue sayang sama Loe, Nay! Terlalu sayang! Mau kan Loe terima maaf gue?”
Semakin deras air mata Naya yang terdiam bak patung. “Nay, gue pikir, Loe sebaiknya baikan ma Reza atau Togi ini. Ngga ada baiknya memendam kebencian. Apalagi ia udah ngaku salah dan minta maaf,” kata Rosa sambil memekuk sahabatnya itu.
“Oke, gue maafin elo! Tapi dengan satu syarat!” ujar Naya sambil senyum-senyum.
“Apapun yang Loe mau bakal gue lakuin! Asal Loe mau memaafkan Gue!”
“Oke! Gue mau sekarang juga Loe lari keliling lapangan sambil bawa tulisan, GUE MIRIP BERUANG! Gimana? Berani melakukannya?” kata Nataya.
“Oke kalau itu bisa bikin Loe maafin gue! Gue bakal melakukannya. Lihat ya!”


< Angie Chan, des, 2009 >

Tidak ada komentar: