Senin, 11 Januari 2010

CERPENKU!!!!!!!!!!!!!!

KALA CINTA MENGGODA

Roni mengemasi semua barangnya. Ia memutuskan untuk segera pergi dari rumah. Pergi jauh, sejauh mungkin meninggalkan Maya, kakak perempuannya. Malam itu juga, Roni bergegas sebelum kakak perempuannya yang merupakan wanita karier itu pulang. Ia segera segera memanggil taxi untuk mengantarnya menuju Stasiun Pasar Senen. Ia telah memutuskan untuk pergi ke Jogjakarta.

Sekitar pukul enam pagi, kereta yang ditumpanginya sampai di Kota Gudeg. Ia segera menuju motel terdekat dan memesan satu kamar untuk beristirahat. Malamnya, Roni pergi ke tempat clubing untuk melepaskan penat dalam otaknya. Ia ingin melupakan peristiwa malam itu bersama Maya.

“ Ron, Kakak cape nih. Bisa minta tolong pijitin kakak ngga? ” pinta Maya yang tiba-tiba saja masuk kamar Roni malam itu.
“ Hem, Makanya, Kak May, kalau kerja tau waktu dunk! Masa kalau kerja dari pagi sampai malam sih, Kak? ” kata Roni.
“ Ron, Gimana kabar pacar kamu itu? Masih jadi pacar kamu to Diandra? ” tanya Maya sambil mengelus lembut kepala Roni.
“ Ya gitu deh! Emang kenapa? Tumben Kak May tanya tentang Diandra! ” jawab Roni.
“ Em, Kakak bisa minta tolong ngga, Say? ” tanya Maya yang tangannya semakin terampil membelai dada bidang sang adik yang kebetulan saat itu sedang memakai kaos ketat.
“ Duh, Kakak ini kenapa je? Roni risih nih dibelai-belai gitu sama kakak!” latanya sambil menyingkirkan tangan Maya dari dadanya.
“ Roni, Kakak mencintaimu. Makanya kakak mau mulai sekarang kamu ngga usah berhubungan lagi dengan Diandra. Hanya kakak yang boleh memilikimu. UTUH, Sayang! ” kata Maya sambil terus melancarkan aksi tangannya di badan Roni.
“ Kakak ini ngaco deh! Lihat! Aku ini Roni, adik Kak May! ” kata Roni sambil menghempaskan jari-jari Maya secara kasar.
“ Sejak ayah dan ibu meninggal dunia karena kecelakaan maut yang hampir merenggut nyawa kita sekeluarga, kakak sudah berjanji dengan diri kakak sendiri kalau kakak akan menjaga kamu seumur hidup kakak. Makanya kakak rela kerja keras sejak kecil demi kehidupan yang lebih layak setelah kepergian ayah dan ibu. Semenjak kamu menjalin cinta dengan Diandra dua bulan yang lalu, sepanjang hari kakak dihantui rasa takut kehilanganmu! Kakak takut, Ron! ” kata Maya sambil menangis.

Melihat kakaknya menangis, Roni tak kuasa melihatnya. Roni ingat betul bagaimana selama ini Kak May menjaga dan merawatnya sampai sering mengabaikan dirinya sendiri. Ia pun segera memeluk saudara satu-satunya itu. Suasana pun menjadi haru. Di tengah keharuan itu, tiba-tiba saja Maya melakukan hal yang jauh dari dugaan Roni. Tiba-tiba saja ia melepaskan bajunya dan menghambur ke pelukan Roni.

Roni yang disambar seketika itu cuma bisa menurut apa yang diperbuat Maya. Tangis Maya tadi membuatnya kehilangan akal sehat karena ia dilanda perasaan hutang budi yang sangat banyak kepada kakaknya itu. Selain itu, kata-kata Maya bahwa alasan utama mengapa dirinya yang sudah mendekati usia kepala tiga itu tidak juga mau menikah, padahal banyak laki-laki yang berusaha mendekati Maya adalah karena Roni, membuat sesak dan bingung pikiranya. Bagai kerbau dicocok hidungnya, Roni pun menuruti birahi Maya. Akhirnya malam itu hubungan terlarang antara kakak beradik itu pun terjadi juga.

#######

Esok harinya, Roni memutuskan Diandra, wanita cantik yang dua bulan lalu ia kenal pada saat acara makrab kampus dan berhasil memikat hatinya itu hanya melalui telepon. Sakit memang, tetapi itu terpaksa ia lakukan karena Roni tidak ingin ada orang yang tahu keberadaannya sekarang, terlebih kakaknya.

Roni berusaha hidup di Jogjakarta. Berbekal uang tiga ratus ribu ia berusaha hidup di Jogja. Sadar semakin lama uangnya semakin menipis, ia pun berusaha mencari pekerjaan. Badan kekar Roni yang didapatnya karena latihan beban menjadi bekal bagi dirinya untuk melamar pekerjaan sebagai instruktur fitness di sebuah Gym di Kota Gudeg itu. Beruntung, di pusat kebugaran tersebut sedang mencari instruktur fitness freelance karena instruktur mereka ada yang sedang dirawat di rumah sakit.

“ Waw, Mbak Ida, pinter banget sih pilih pegawai? ” kata ibu berbaju senam ketat itu sambil berkedip pada Roni.
“ Iya, nich, Mbak Ida pinter menebak apa yang disuka para member-nya, ” kata temannya, kali ini seorang tante karena mukanya lebih muda daripada ibu berbaju senam tadi sambil mencubit lengan Roni.
“ Ah, ibu-ibu ini bisa saja! ” kata manajer gym yang dipanggil Ida itu sambil memperkenalkan karyawan barunya pada ibu-ibu ganjen yang kebetulan sedang fitness sore itu.
Tidak heran jika Roni menjadi instruktur paling laris semenjak itu. Member yang kebanyakan adalah ibu-ibu dan remaja putri itu selalu ingin dilatih oleh Roni ketika latihan beban. Ada-ada saja tingkah mereka untuk menarik perhatian Roni yang mirip artis, Primus Yustisio itu.

“ Cape nih 8 jam kerja melayani member yang capernya minta ampun itu! ” kata Roni sambil mengusap keningnya dengan handuk.
“ Yah, Resiko pekerjaan lah, Bos! Beruntung kamu masih baru, tapi sudah sangat terkenal di kalangan member. Bentar lagi pasti diangkat jadi karyawan tetap di sini, ” kata Arnold, teman sesama instruktur. “ Kita main billyard yuk! Ada kompetisi billyard loh malam ini! Pasti seru! Banyak cewek-cewek cantik juga pasti di sana! Gimana? ”
“ Males, Nold. Cape! Mana besok aku dapat jaga shift pagi! ” jawab Roni.
“ Ayolah, ikut saja! Ntar aku kenalkan dengan teman-temanku! Siapa tahu bisa nambah networking kamu di Jogja! Hehehehehe.. ” ajak Arnold sambil menghisap dalam rokok yang sedari tadi dipegangnya.
#####

Akhirnya, berkat bujukan Arnold, Roni pun datang ke Cafe Laba-Laba untuk menyaksikan turnamen billyard, semi final nine ball competition. Suasana sudah sangat ramai padahal jam baru menunjuk angka delapan. Suara musik dugem, gelak tawa para pengunjung, bau minuman keras, dan pemandangan cewek lalu lalang dengan tanktop dan rok mini terlihat jelas di Cafe Laba-Laba yang remang-remang itu. Hitung-hitung usaha melupakan masalahnya daripada suntuk di kamar kosnya yang hanya berukuran 2 x 3 meter, begitu pikirnya.

“ Ron, nich aku kenalkan dengan teman-temanku! Ini Bagio, Albert, Sodik, ini Tomi, dan ini masternya billyard, di sini, Mr. Sarmento, ” kata Arnold sambil menunjuk teman-temannya untuk Roni.
“ Suka billyard juga, Ron? “ kata Bagio.
“ Ya, sedikit! “ jawab Roni.
“ Kalau gitu kapan-kapan mampir lagi kemari, kita maen bareng, “ kata Sodik sambil menawarkan rokok pada Roni.

“ Pertandingan semifinal nine ball competition segera dimulai, buruan siap-siap! “ kata laki-laki berbadan tinggi nan kurus itu kepada Mr. Sarmento. Dan yang bernama Mr. Sarmento pun segera bergegas mengikuti laki-laki itu.
“ Ayo kita mendekat. Di sini view-nya kurang dapat. Pindah sana aja yuk! “ ajak Tomi pada Arnold cs.
“ Em, aku di sini dulu aja. Tadi udah terlanjur pesen minum soalnya! ” kata Roni.
“ Okey, kami tunggu di ujung sana ya, Bos! “ kata Arnold sambil menunjuk arah barat.
“ Oke! Ntar aku susul kalian, ” kata Roni dengan suara berat.

Tak berapa lama kemudian seorang wanita dengan kulit sawo matang dengan mengenakan kemben dan rok mini mengantarkan wine pesanannya. “ Apakah mau saya temani, Mas? “ tanya wanita itu. Dengan cepat Roni menjawab, “ Tidak, Terima kasih, Mbak!”

Dari kejauhan, ada sepasang mata yang dari tadi telah mengamati Roni lekat-lekat. Ia pun mendekati Roni. “ Kenapa, Sob? Kok dari tadi aku perhatikan cuma diam saja. Melamun ya? “ tanyanya. “ Eh, Kamu, Bert. Kok ngga liat pertandingan billyard-nya malah ke sini? “ tanya Roni pada Albert. “ Mau rokok ? “ tanya Albert. “ Ngga, makasih, “ kata Roni.

Mereka berdua kemudian malah ngobrol dengan sangat asyik. Sampai-sampai semifinal nine ball competition-nya telah menemukan juara yang bakal masuk ke final. “ Loh, kalian ini mau nonton billyard apa mau jagongan? “ tanya Arnold. “ Seru banget loh pertandingannya tadi. Mr. Sarmento tadi bikin gebrakan baru dalam dunia per-billyard-an! ” kata Tomi sambil meninju lengan Mr. Sarmento.
“ Serius amat? Ngobrol apaan sih, Ron? “ tanya Arnold.
“ Ngga kok kita cuma ngobrol hal-hal ringan aja! Ya kan, Bert? “ suara Roni meminta dukungan . “ Iya begitulah! “ kata Albert santai.
“ Yuk makan gudeg? Jalan Solo aja! Mak nyus pasti malam-malam gini! Kan ada yang mau syukuran? “ kata Bagio sambil melirik Mr. Sarmento. Dan yang dilirik pun melotot ke arah Bagio.

#####

“ Mau ketemu di mana, Man? “ tanya Roni.
“ Ketemu di Gerbong Cafe aja, Man! “ jawab suara di ujung teleponnya.
“ Yak! Bentar lagi aku sampai, kita ketemu di sana. Bye! “ suara Roni mengakhiri teleponnya.
Lima belas menit kemudian Roni telah sampai di Gerbong Cafe dan melambaikan tangan pada Albert yang telah duluan datang.
“ Mau mesen apa? “ tanya Albert.
“ Aku mau kopi tubruk aja sama pisang goreng,” pesan Roni. Cafe ini memang unik. Bangunannya terbuat dari kayu dan nuansa jawa sangat kental di sini. Gending jawa juga menjadi sajian gratis bagi setiap pengunjung cafe ini. Kopi tubruk adalah salah satu baverage paling TOP di sini.
Semenjak ketemu di Cafe Laba-Laba tempo hari, Albert dan Roni memang sering jalan dan nongkrong bareng. Ada banyak kecocokan dalam diri mereka sehingga jalinan itu semakin kuat terjalin.

“ Ron, aku bersyukur sekali dipertemukan Tuhan sama kamu. Entah apa jadinya jika aku ngga segera ketemu kamu. Makasih ya, kamu sudah mau menjadi temanku, “ kata Albert.
“ Iya, sama-sama. Aku juga senang bisa kenal sama kamu. Sedikit demi sedikit aku bisa melupakan rasa traumaku yang begitu dalam pada sosok yang bernama wanita, kakakku!” kata Roni dengan padangan kosong menuju gelas didepannya.
“ Ron, aku mau jujur sama kamu. Aku sebenarnya adalah seorang gay. Setengah tahun lalu aku telah bercerai dari Michael, seorang teman berkebangsaan Amerika yang aku nikahi dua tahun lalu. Hubungan kami kandas karena ia kepergok berselingkuh dengan laki-laki lain. Terus terang aku sakit banget waktu itu, tapi setelah ketemu kamu, semua berubah! Aku kembali menemukan kasih dan keceriaan yang dulu sempat pergi jauh dari hidupku! Aku bahagia denganmu, Ron! “ kata Albert.
“ Aku juga merasakan hal yang sama. Aku merasa tenang aja jika berada di dekatmu, Bert!” kata Roni.
“ Apakah kamu mencintaiku? Sayang? “ tanya Albert tiba-tiba.
Yang ditanya pun langsung tersedak dan menyemprotkan coca-cola yang diminumnya. “Aku sendiri ngga tahu perasaan apa ini, tapi sejak malam itu, aku memang takut menjalin hubungan lagi dengan makhluk yang bernama perempuan! Aku sangat trauma dengan makhluk itu. Sementara denganmu aku memang merasa ada sesuatu yang lain. Yang tidak aku dapatkan sebelumnya, ” kata Roni.
“ Kalau gitu kenapa kita tidak meresmikan hubungan kita? Gimana kalau kita menikah saja, Ron? Aku ingin melamarmu sekarang! Kita menikah di Australia saja karena di negara ini tidak ada pernikahan bagi kaum gay. Bagaimana, kamu setuju? Kalau perlu kita berganti kewarganegaraan dan tinggal selamanya di sana. Bagaimana? Biar hidupmu juga lebih tenang. Ngga ingat Maya terus!“ kata Albert dengan penuh optimis.
“ Oke, aku setuju! “ jawab Roni mantap.
“ Kalau begitu beres! Aku akan segera menyuruh orang-orangku mengurus kepergian dan pernikahan kita ke Ausi! ” kata Albert sambil tangannya sibuk memencet tombol-tombol dalam handphone-nya.

#####
Cafe Laba-Laba kembali menjadi saksi pertemuan dua sejoli yang sedang kasmaran, Albert dan Roni. Warna hitam menjadi seragam mereka malam itu.
“ Wauw, So sweeeeet banget kamu pakai hitam, Say! “ kata Albert sambil memeluk Roni yang baru saja datang.
Yang disambut pun tersenyum dan membalas pelukan Albert. “ Udah lama? Kok meja masih kosong? Mana Arnold, Sodik sama Tomi? “ tanya Roni.
“ Mereka terjebak macet di Jalan K.S.Tubun. Katanya sulit muter haluan, ” kata Albert sambil menghisap rokoknya.
“ Sial bener mereka! “ kata Roni.
“ Say, besok pagi aku harus terbang ke Timika. Ada sedikit kerjaan di sana. Mendadak! Aku baru dapat kabar tadi sore, “ kata Albert.
“ Emang ngga bisa ditunda atau diwakilkan sama Erick? “ tanya Roni dengan muka sedih.
“ Maaf, tapi ini urgent dan harus aku sendiri yang ke sana. Ada klaien besar yang harus segera ditangani kalau tidak aku ngga jadi dapat order. Yah, itung-itung buat modal kita ke Ausi kan? He..he..he..” Albert berusaha mencandai Roni yang sepertinya begitu berat melepaskannya.
#####

Pagi ini gym tempat Roni bekerja ramai sekali. Apa lagi kalau bukan ibu-ibu dan tante-tante yang ingin berlatih fitness bareng trainer favorit beberapa bulan terakhir, Roni. “ Aduh, mata masih ngantuk nih, semalam pulang clubbing jam 1. Tapi, demi melihat Roni, ya gue bela-belain bangun pagi dah! “ kata Tante Sonia yang anaknya sudah empat, tetapi marah kalau dipanggil ibu itu.

Sementara sang bintang, pagi ini kurang memberikan performa yang baik. Kepergian Albert membuat gairah hidupnya menurun. Ya, walaupun cuma seminggu Albert pergi, tapi Roni benar-benar merasa kehilangan.

Rasa haus membuat Roni untuk mengambil minum di sela-sela kesibukannya melayani member. Rasa kangen terhadap Albert membuatnya tidak tahan untuk meraih handphone yang ada di loker karyawan dan menelepon Albert. Namun tidak aktif. “Tidak seperti biasanya!” guman Roni. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali melayani member agar tidak terbebani oleh pikirannya sendiri.

Sambil menunggu ibu-ibu itu melakukan latihan, Roni mengganti channel TV yang ada di ruang fitness ke channel berita. Berita kebakaran kembali melanda Jakarta tadi pagi, dilanjut dengan berita kecelakaan pesawat. Ketika mendengar pesawat yang jatuh adalah pesawat dengan tujuan Timika, Papua, jantung Roni langsung berhenti sejenak. Apa lagi ketika penyiar menyebutkan nama-nama orang yang meninggal dunia, ada nama seseorang yang tidak asing lagi bagi dirinya. Albert menjadi salah satu korban meninggal dunia itu. Tak terasa air matanya menetes. Roni menangisi kepergian Albert, kekasih hatinya itu. Tiba-tiba ada tangan kekar yang meraih pundaknya dan berkata, “ Sabar, Man! Aku turut berduka cita,” kata Arnold mencoba menghibur.
#####

Pemakaman Albert siang itu dilakukan di Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta. Sebenarnya Roni enggan menginjakkan kakunya lagi di Jakarta. Tapi, demi memberikan penghormatan terakhir pada kekasihnya, ia pun akhirnya terbang ke Jakarta.

“ Kenapa kamu mengingkari janjimu hidup denganku di Australia? Ternyata aku benar-benar kehilanganmu. Aku benar-benar ngga tahu lagi bagaimana cara melanjutkan hidupku tanpa kamu disisiku. Aku . . . ” suara Roni menangis di pusara Albert. Cukup lama ia menangis di sana.

Ketika hendak meninggalkan pusara Albert, ia sembat mengamati makam-makam di sebelah Albert. Matanya terbelalak saat melihat bahwa di sebelah kanan makan Albert, ada nisan warna merah yang bertuliskan nama Maya Soraya Binti Harjowiyono. Betapa terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Dari pusaranya tertulis bahwa ia meninggal seminggu yang lalu. “ Tuhan, Apa salahku sehingga kau siksa aku seperti ini? Kenapa aku harus menerima ujian seberat ini, Tuhan??!!! Kau ambil semua yang paling berarti dalam hidupku! Kenapa? Kenapa?!” teriak Roni yang membuat para takziah yang kebetulan sedang nyekar terheran-heran.

#####

Tidak ada komentar: