Kamis, 26 November 2009

TELEVISI, HIBURAN ATAU RACUN???


Berapa jam ANDA menghabiskan waktu dalam sehari untuk menonton televisi? Menurut hasil survei, kita biasa menghabiskan waktu 1 sampai 5 jam untuk menonton TV dalam sehari. Televisi memang merupakan alat yang sangat ajaib. Dari kotak kecil itu kita dapat melihat “dunia” yang berbeda-beda hanya dengan mengganti dari satu channel ke channel yang lain. Dari kotak kecil itu kita juga dapat menyaksikan informasi lewat berita, hiburan lewat film, sinetron, kuis, atau tayangan-tayangan lain khas liputan entertainment.

Pertanyaannya, apakah tayangan TV yang banyak kita saksikan saat ini sudah mampu meberikan apa yang sebenarnya kita (masyarakat) butuhkan? Mari kita tilik dunia pertelevisian kita saja. Apakah acara-acara yang dihadirkan sudah sesuai dengan harapan kita? Apakah penayangan suatu acara atau iklan sudah tepat dilakukan para pelaku TV (stasiun TV) ? Apakah nilai edukasi yang bisa kita ambil setelah mengkonsumsi TV setiap harinya?

TV sampai saat ini memang memiliki hak penuh untuk menayangkan acara-acaranya, walaupun sudah ada badan yang akan mensensor apa yang pantas dan tidak pantas untuk ditayangkan tentunya. Tetapi, masih banyak acara-acara TV yang sebenarnya tidak layak tayang, tetapi tetap saja tayang, dan sialnya, putra-putri kita terpaksa menontonnya. Hal itu dikarenakan banyak acara-acara TV yang seharusnya dikonsumsi oleh orang dewasa, tetapi ditayangkan pada jam-jam anak-anak kita masih “melek”.

Acara di TV memang sangat bervariasi. Acara reality show baru-baru ini sangat booming di TV, makanya tidak heran jika banyak stasiun TV yang berlomba-lomba mnyuguhkan acara yang berbau reality show. Sebenarnya tidak ada salah dengan acara tersebut, tetapi kebanyakan acara itu tidak pantas untuk dikonsumsi oleh anak-anak kita. Lihat saja tayangan Take Me Out, take Him Out, Cari Jodoh, Orang Ketiga, termehek-Mehek, dll apakah menurut anda acara-acara tersebut patut ditonton oleh anak-anak kita? Terlalu dini memperkenalkan pada anak kita cara mencari pasangan, mencari orang dan kemudian ujung-ujungnya dibumbui pertengkaran. Takutnya malah merusak pikiran mereka.

Belum lagi acara reality show yg mengajak pemirsanya mendukung idolanya lewat SMS. Aduh, bisa boros pulsa tuch kalau anak kita sampai terkena candu reality show tersebut! Acara yang demikian, sebenarnya hanya melahirkan bintang-bintang instan yang selanjutnya belum tentu laku di pasaran dunia entertainment. Mereka seakan hanya dimanfaatkan untuk meramaikan acara reality tersebut. Masih ingat cerita dari bintang-bintang itu yang terpaksa menjual ini itu, hutang ini itu untuk biaya suporter dan SMS agar anaknya atau sang bintang dadakan itu menang? Sungguh mengenaskan.

Itulah televisi, kotak kecil yang sampai saat ini masih memiliki pengaruh sangat kuat di masyarakat kita. Peran TV belum bisa tergantikan oleh kemunculan internet dan media lain seperti media cetak. TV masih mendapat tempat yang sangat baik di hati masyarakat kita. Akan tetapi, jangan lupa, TV bisa juga jadi boomerang bagi kita jika kita tidak berhati-hati menggunakannya. Sebagai orang tua yang bijak dan tidak ingin putra-putrinya terpengaruh efek buruk dari TV, saya memiliki solusinya :
1.Ketika anak menonton TV hendaknya selalu kita dampingi. Paling tidak kita harus memantau, anak kita itu sedang nonton apa sih? Jangan sampai ia mengkonsumsi tayangan yang seharusnya bukan menjadi tontonannya.
2.Hendaknya kita jangan menonton tayangan-tayangan yang sifatnya dewasa ketika ada anak kita. Sebagai orang tua hendaknya kita mengalah demi perkembangan si buah hati.
3.Berilah jam nonton TV pada mereka. Jangan biarkan anak menonton TV hingga larut malam, maksimal 2 jam per hari. ( ANGIE CHAN )

Tidak ada komentar: